IT'S ABOUT KNOWLEDGE

Selamat Mengcopas, Jangan lupa sertakan sumber gan :v agar kita semua bahagia

Rabu, 09 Oktober 2019

Pengertian Pengukuran, Test, dan Evaluasi


1.     

Sintaks Pembelajaran Inquiry Learning





Sintaks Pembelajaran Discovery Learning






Makalah Peran Sosial Budaya Guru Sebagai Pendidik

Laporan Hasil Analisis Pengujian Instrumen Tes Kognitif

Makalah Perkembangan Optika dan Listrik Magnet



Makalah Teori Humanistik



Konsep Tumbuh Kembang Remaja



Makalah Pendidikan Seumur Hidup ( Long-life Education)


TUGAS MID
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
(LONG-LIFE EDUCATION)


“ Untuk memenuhi tugas matakuliah (MID)
Pengantar Pendidikan



yang dibina oleh Bapak Dr. Muhammad Jamil, M.Pd. “



Disusun Oleh: 
Afifah Rahman 
H0417014


UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
NOVEMBER 2018



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
“Pendidikan Seumur Hidup” (“long life education”) adalah makna yang seharusnya benar-benar terkonsepsikan secara jelas serta komprehensif dan dibuktikan dalam pengertian, dalam sikap, perilaku dan dalam penerapan terutama bagi para pendidik di negeri kita.
Pendidikan seumur hidup atau belajar seumur hidup bukan berarti kita harus terus sekolah sepanjang hidup kita. Sekolah banyak diartikan oleh masyarakat sebagai tugas belajar yang terperangkap dalam sebuah “ruang” yang bernama kelas, bukan itu yang dimaksud. Paradigma belajar seperti ini harus segera kita rubah. Pengertian belajar bukan hanya berada dalam ruangan tapi belajar disemua tempat, semua situasi dan semua hal.
Pendidikan seumur hidup bersifat holistik, sedangkan pengajaran bersifat spesialistik, terutama pengajaran yang terpilih dan terinferensikan dalam berbagai bentuk kelembagaan belajar.
Holistik memiliki arti lebih mengarah kepada pengutuhan atau penyempurnaan. Manusia selalu berusaha uintuk mencapai titik kesempurnaan dalam segala hal, namun seberapa besar usahapun kita tidak akan sampai pada kesempurnaan itu. Karena kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta Alam.
Belajar berarti memfungsikan hidup, orang yang tidak belajar berarti telah kehilangan hidupnya, paling tidak telah kehilangan hidupnya sebagai manusia. Karena hidup manusia itu bukan hanya individu dalam dirinya saja tapi juga interaksi dengan sesamanya, dengan antar generasi dan kehidupan secara universal.
Dalam Pendidikan atau Belajar terdapat interaksi antara tantangan (challenge) dari alam luar diri manusia dan balasan (response) dari daya dalam diri manusia. Dalam belajar juga terjadi interaksi komunikasi antara manusia dan berlangsungnya kesinambungan antar generasi serta belajar melestarikan hidup, mengamankan hidup dan menghindari pengrusakan hidup. Belajar berarti menghargai hidup kita.
Dalam agama sering kita dengar kalimat ” Belajarlah (tuntutlah ilmu) dari ayunan sampai liang lahat”.
Dengan demikian dalam penyusunan makalah kali ini saya akan mencoba membahas tentang bagaimana pendidikan seumur hidup yang perlu diterapkan oleh setiap manusia.

B.   Rumusan Masalah
1.    Apakah hakikat pendidikan seumur hidup itu ?
2.    Apakah konsep pendidikan seumur hidup itu ?
3.    Apakah dasar dari pendidikan seumur hidup itu?
4.    Bagaimanakah karakteristik serta faktor-faktor yang mendukung pendidikan seumur hidup?
5.    Bagaimana implikasi pendidikan seumur hidup bagi masyarakat ?

C.  Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan, selain itu dengan penyusunan makalah ini juga merupakan sebagai suatu cara untuk meningkatkan wawasan pemahaman penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya mengenai bagaimana hakekat, konsep, dasar, karakteristik dan implikasi pendidikan seumur hidup.








BAB II
PEMBAHASAN

A.  Hakikat Pendidikan Seumur Hidup

Belajar merupakan tugas semua manusia, tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin semua mempunyai tugas tersebut. Kita belajar mengetahui apapun yang ada di dunia ini untuk kemajuan individu atau universal. Belajar memberi, belajar menerima, belajar bersabar, belajar menghargai, belajar menghormati dan belajar semua hal disetiap aspek kehidupan.
Pendidikan sepanjang hayat (PSH) atau pendidikan seumur hidup yang biasa pula disebut sebagai pendidikan sepanjang raga (long life education) bukanlah sesuatu yang baru dalam lingkungan masyarakat dewasa ini. Kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari di zaman dahulu sudah dapat dilihat bahwa pada hakikatnya orang belajar sepanjang hidup, meskipun dengan cara yang berbeda dan melalui proses yang berbeda-beda. Hal yang pasti adalah tidak ada batasan usia seseorang untuk bisa belajar. Jika seorang petani yang sudah tua berusaha mencari tahu mengenai cara-cara baru dalam bercocok tanam, pemberantasan hama, dan pemasaran hasil yang lebih menguntungkan, itu adalah pertanda bahwa belajar itu tidak dibatasi usia. Atau seorang bayi yang mempelajari konsep dasar untuk bisa berkembang (dalam hal ini adalah belajar), maka bayi tersebut akan berusaha untuk mencari cara untuk bisa berjalan, misalnya secara bertahap dimulai dengan duduk, lalu merangkak, berdiri, kemudian berjalan.
Dorongan belajar sepanjang hayat itu terjadi karena dirasakan sebagai kebutuhan. Setiap orang merasa butuh untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya dalam menghadapi dorongan-dorongan dari dalam dan tantangan alam sekitar, yang selalu berubah.
Pendidikan Seumur Hidup adalah sebuah sistem konsep-konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia.[1]
Istilah “Pendidikan Seumur Hidup”/ ”Life-Long Education” (bukan “long life education”) adalah makna yang seharusnya benar-benar terkonsepsikan secara jelas serta komprehensif . Konsep pendidikan seumur hidup sangat erat kaitannya dengan pemahaman waktu berlangsungnya pendidikan. Dan dapat dibuktikan dalam pengertian, dalam sikap, perilaku dan dalam penerapan terutama bagi para pendidik di negeri kita. Lahirnya konsep pendidikan seumur hidup adalah bagian dari keprihatinan pada dunia pendidikan yang ada, karena masih banyak masyarakat yang tidak bisa menikmati pendidikan pada dunia formal.
Pendidikan seumur hidup atau belajar seumur hidup bukan berarti kita harus terus sekolah sepanjang hidup kita. Sekolah banyak diartikan oleh masyarakat sebagai tugas belajar yang terperangkap dalam sebuah “ruang” yang bernama kelas. Paradigma belajar seperti ini sangat harus segera kita rubah. Pengertian belajar bukan hanya berada dalam ruangan tapi belajar disemua tempat, semua situasi dan semua hal. Belajar merupakan kewajiban semua umat manusia, tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin. Dengan belajar Kita dapat mengetahui apapun yang ada di dunia ini dalam rangka kemajuan individu atau universal. Dalam Pendidikan atau Belajar terdapat interaksi antara tantangan (challenge) dari alam luar diri manusia dan balasan (response) dari daya dalam diri manusia.
Dalam GBHN dinyatakan bahwa “pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan ialah tanggung jawab bersama atara keluarga, masyarakat dan pemerintah”. Hal ini berarti bahwa setiap manusia indonesia diharapkan selalu berkembang sepanjang hidup, dan dilain pihak masyarakat dan pemerintah diharapkan agar dapat menciptakan situasi yang menantang untuk belajar. Prinsip ini bahwa masa sekolah bukanlah satu-satunya masa bagi setiap orang untuk belajar, melainkan hanya dengan dari waktu belajar yang akan berlangsung seumur hidup.[2]
 Menurut Stephens (1967) belajar dan mengajar adalah peristiwa wajar yang terjadi pada mahkluk manusia secara terus menerus berlangsung dengan cara spontan, bahkan tanpa disadari melakukannya. Dan pokok pendidikan seumur hidup adalah seluruh individu harus memilki kesempaatan sistematik, terorganisir untuk “instruction” studi dan “learning” disetiap kesempaatan sepanjang hidup mereka. Semua itu dengan tujuan menyembuhkan kemunduran pendidikan sebelumnya, untuk memperoleh keterampilan baru, untuk meningkatkan keahlian mereka, untuk meningkatkan pengertian tentang dunia yang mereka tempati, untuk meningkatkan kepribadian mereka, atau untuk beberapa tujuan lanjutan lainnya. Dalam rangka ini pendidikan pada dasarnya dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personal sepanjang hidup, dalam istilah yang lebih luas “develooment”. Pendidikan seumur hidup berekaan dengan prinsip pengorganisasian yang akhirnya memungkinkan pendidikan untuk melakukannya fungsinya. Fungsinya adalah ”proses perubahan” yang menuntun perkembangan individu”.
B.   Konsep Pendidikan Seumur Hidup
Konsep pendidikan seumur hidup merupakan gagasan yang universal. Konsep pendidikan seumur hidup memandang pendidikan sebagai satu sistem yang menyeluruh yang di dalamnya terkandung prinsip-prinisp pengorganisasian untuk pengembangan pendidikan.
Terjadinya perubahan yang begitu cepat terhadap kehidupan manusia dan keadaan zaman juga pada gejala globalisasi yang seolah-olah sudah tidak mengenal batas ruang, waktu dan tempat ini merupakan tantangan tersendiri bagi manusia.  Oleh karena itu untuk bisa bertahan dengan zona yang selalu berubah-ubah dalam kehidupan, peranan pendidikan atau belajar seumur hidup diperlukan  oleh setiap manusia.  Dalam hal ini belajar seumur hidup menjadi penyeimbang antara belajar  dan bekerja, dan adaptasi yang terus-menerus.
Adapun mengenai empat pilar pendidikan seumur hidup, yaitu merupakan empat sendi pengetahuan sebagai landasan pijakan pendidikan non formal. Keempat pilar tersebut adalah pertama, learning to know yaitu belajar untuk menguasai instrumen-instrumen pengetahuan.  Kedua, Learning to do (belajar berbuat) yaitu  sebuah konsep bagaimana kita bisa berbuat dan melakukan atau merealisasikan apa yang sudah kita pelajari. Ketiga, yaitu Learning to live together (belajar hidup bersdama, belajar hidup berasama orang lain) yaitu  suatu konsep bagaimana kita bisa hidup bersama dengan orang lain yang memiliki latar, budaya, sosial, ekonomi dan agama dan keaneka-ragaman yang berbeda-beda. Dan pilar yang keempat adalah learning to be (belajar  menjadi seseorang) artinya adalah bahwa pendidikan harus bisa menyumbangkan perkembangan yang seutuhnya kepada setiap orang, baik dalam jiwa, raga, kepekaan, rasa, estetika tanggung jawab pribadi, dan nilai-nilai spiritual. Keempat pilar pendidikan tersebut dijadikan landasan untuk pencapaian tujuan pendidikan seumur hidup
Dalam pendidikan seumur hidup dikenal ada 4 macam konsep kunci, yaitu :
1.    Konsep pendidikan seumur hidup itu sendiri
Sebagaimana sebagai suatu konsep, maka pendidikan seumur hidup diartikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman. Hal ini berarti pendidikan akan meliputi seluruh rentangan usia dan usia yang paling tua dan adanya basis institusi yang amat berbeda dengan basis yang mendasarkan persekolahan konsensional.[3]
Intelerasi dasar antara persekolahan dengan belajar, kehidupan, dan pendidikan telah didiskusikan dan terperinci dalam pembicaraan terdahulu.
Sebagaimana Rasalullah saw bersabdah, yang artinya:
اطلب العلم من المهد ال اللحد
“Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat”.
2.    Konsep belajar seumur hidup
Belajar seumur hidup adalah respon terhadap keinginan yang didasari untuk belajar dan angan-angan menyediakan kondisi-kondisi yang membantu belajar.
Istilah belajar merupakan kegiatan yang dikelola dari proses belajar mengajar yang terus menerus Belajar seumur hidup diartikan bahwa seseorang dapat belajar dan berkewajiban mengajar agar ia mendapat ilmu baru dari mengajarkan ilmunya. Ilmu dapat diperoleh tidak hanya dari sekolah namun dari orang-orang yang perpengalaman dibidang tertentu.[4] Sebagaimana Firman Allah dalam, Surah al Alaq 1- 5 yang artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmu lah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, dan Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(Q.S Al-Alaq:1-5)
3.    Kosep pelajar seumur hidup
Tampak bahwa seluruh orang adalah pelajar seumur hidup dalam pengertian tertentu, terlepas dari cara-cara persekolahan yang diorganisasikan dalam masyarakat mereka. Istilah pendidikan seumur hidup akan digunakan untuk menyatakan orang-orang yang sadar tentang diri mereka sebagai pelajar seumur hidup, melihat hal baru sebagai cara yang logis untuk mengatasi problema, dan terdorong tinggi sekali untuk belajar ditingkat seluruh usia dan menerima tantangan dan perubahan seumur hidup sebagai pemberi kesempatan untuk belajar baru. Implementasi pendidikan seumur hidup dapat dilihat kaitannya pada penyediaan systempendidikan formal (berdasarkan tujuan pendidikan seumur hidup) yang bertujuan membantu perkembangan orang-orang (pelajar seumur hidup), secara sadar dan sistematik merespon untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka seumur hidup (proses belajar seumur hidup).[5]
Belajar seumur hidup diartikan bahwa orang- orang yang sadar tentang dirinya sebagai pelajar seumur hidup, melihat belajar sebagai cara yang logis untuk mengatasi problema. Pelajar seumur hidup diartikan bahwa saat tiap nafas yang ia tarik dan hembuskan padanya ada kewajiban pada peningkatan cara menghadapi dunia. Hal itu akan diperoleh hanya dengan penambahan ilmu beserta pengalaman kehidupan.

وَفِي الأرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَى بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ فِي الأكُلِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Artinya :
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebunanggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (Q.S Ar-Ra’d : 4)
4.    Kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup
Kurikulum dalam hubungan ini, didesain atas dasar prinsip pendidikan seumur hidup betul-betul telah menghasilkan pelajaran seumur hidup yang secara berurutan melaksanakan belajaran seumur hidup. Cara mengajar seharusnya dilaksanakaan berdasarkan prinsip pendidikan seumur hidup. Pendidikan seumur hidup adalah filsafat atau ide, pelajar seumur hidup dan belajar seumur hidup adalah hasil yang diharapkan, dan kurikulum yang membantu belajar seumur hidup adalah cara praktis yang harus dilalui untuk mencapai tujuan.
Kurikulum yang demikian, merupakan kurikulum praktis untuk menyampaikan tujuan pendidikan dan megimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan seumur hidup.[6]
Sebagaimana Allah berfirman dalam Surah Arrahmanayat : 1-4:
الرَّحْمَنُ  (1) عَلَّمَ الْقُرْآنَ (2) خَلَقَ الْإِنْسَانَ (3) عَلَّمَهُ الْبَيَانَ (4)
           
 Artinya :(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al Qur'anDia menciptakan manusia,dan Mengajarnya pandai berbicara. (Q.S Ar – Rahman : 1-4)
Konsep pendidikan seumur hidup merubah pandangan terhadap pola pendidikan secara fundamental. Pendidikan tidak lagi berarti schooling melainkan jauh lebih luas, variatif dan lebih mendalam.
Pendidikan tidak berhenti dengan berakhirnya masa pendidikan formal di sekolah, melainkan merupakan proses yang bersifat “on-going, self-creating, continous and discontinous  until death”. Pandangan terhadap Pendidikan seperti itu menjadi landasan yang kuat bagi konsepsi kita tentang pendidikan sosial.[7]
C.  Dasar Pemikiran Pendidikan Seumur Hidup
Dasar pendidikan seumur hidup bertitik tolak atas keyakinan bahwa proses pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup,baik di dalam maupun di luar sekolah.[8]
Ada bermacam-macam dasar pemikiran yang menyatakan bahwa pendidikan seumur hidup sangat penting. Dasar pemikiran tersebut ditinjau dari beberapa segi, antara lain :

1.    Dasar Ideologi
Konsep pendidikan seumur hidup bagi umat Islam sudah ada, jauh sebelum orang-orang barat mengangkatnya. Islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup, sebagai mana dinyatakan dalam Kitab Kasyf adz-Dzunun karya Musthofa bin Abdullah (1/52) tanpa penyebutan sanad periwayatannya :
اطلب العلم من المهد ال اللحد
Artinya:  Tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia.
Semua manusia dilahirkan kedunia mempunyai hak yang sama, khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan serta keterampilannya. Pendidikan seumur hidup akan memungkinkan seseorang mengembangkan potensi-potensinya sesuai dengan kebutuhan hidupnya.[9]
Bagi umat Islam nilai religi merupakan dasar utama dalam mendidik anak-anak. Dengan menanamkan  nilai agama akan membantu terbentuknya sikap dan karakter yang positif hingga masa dewasa. Menuntut ilmu  adalah wajib bagi seluruh umat islam, tiada batasan dan berlangsung seumur hidup.[10]
2.    Ekonomis 
Cara yang paling efektif untuk keluar dari “Lingkaran Setan Kemelatan” yang menyebabkan kebodohan, dan kebodohan menyebabkan kemelaratan ialah melalui pendidikan. Pendidikan seumur hidup memungkinkan seseorang untuk :
a)        Meningkatkan produktifitas
b)        Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimiliki
c)        Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih menyenangkan dan sehat
d)       Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya secara tepat sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi sangat besar dan penting.[11]


3.     Sosiologis
Para orang tua di negara berkembang kerap kurang menyadari pentingnya pendidikan sekolah bagi anak-anaknya. Karena itu, anak-anak mereka sering kurang mendapatkan pendidikan sekolah, putus sekolah atau tidak bersekolah sama sekali. Dengan demikian, pendidikan seumur hidup bagi orang tua akan merupakan pemecahan atas masalah tersebut.[12]

4.    Politis
Pada pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada setiap orang karena pada negara demokrasi hendaknya seluruh rakyat menyadari pentingnya hak milik,dan memahami fungsi pemerintah, DPR,MPR dan lain-lain. Dengan demikian, maka inilah yang menjadi tugas pendidikan seumur hidup.
Di Indonesia konsepsi pendidikan seumur hidup mulai disosialisasikan kepada masyarakat melalui kebijakan Negara yaitu:
Tap MPR No. IV / MPR / 1970 jo. Tap No.IV/ MPR / 1978 Tentang GBHN yang menetapkan prinsip-prinsip pembangunan nasional, antara lain :
a)      Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah pembangunan jangka panjang )
b)      Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam keluarga (rumah tangga), sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. (BAB IV GBHN bagian pendidikan ).[13]
Didalam UU Nomor 20 tahun 2003, penegasan tentang pendidikan seumur hidup, dikemukakan dalam pasal 13 ayat (1) yang berbunyi:
"Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya".
5.    Teknologis
Dunia dilanda oleh eksplosit ilmu pengetahuan dan teknologi. Para sarjana,teknisi dan pemimpin negara berkembang perlu memperbarui pengetahuan dan keterampilan mereka.[14]
6.    Psikologis dan Pedagogi
Perkembangan IPTEK yang pesat mempunyai pengaruh besar terhadap konsep tehnik dan metode pendidikan. Akibatnya,tidak mungkin lagi mengejarkan ilmu seluruhnya kepada peserta didik. Karena itu,tugas pendidikan sekolah yang utama ialah yang mengajarkan bagaiman cara belajar,menanamkan motivasi yang kuat dalam diri anak untuk belajar terus menerus sepanjang hidupnya,memberikan keterampilan kepada peserta didik untuk secara tepat,dan mengembangkan daya adaptasi yang besar dalam diri peserta didik.[15].
D.  Karakteristik dan Faktor-faktor yang Mendorong Perlunya Pendidikan Seumur Hidup
1.    Karakteristik pendidikan seumur hidup
a)    Hidup, seumur hidup, dan pendidikan merupakan tiga istilah pokok yang menentukan lingkup dan pendidikan seumur hidup.
b)   Pendidikan tidaklah selesai setelah berakhirnya masa sekolah, tetapi merupakan sebuah proses berlangsungnya sepanjang hidup.
c)    Pendidikan seumur tidak diartikan sebagai pendidikan oeang dewasa, tetapi pendidikan seumur hidup mencakup dan memadukan semua tahap pendidikan (pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan sebagainya).
d)   Pendidikan seumur hidup mencakup pola-pola pendidikan formal maupun pola-pola pendidikan non formal, baik kegiatan-kegiatan belajar terencana maupun kegiatan-kegiatan belajar insidental.
e)    Rumah memainkan peranan pertama, peranan yang paling halus dan sangat penting dalam memulai proses belajar seumur hidup.
f)         Masyarakat juga memainkan suatu peranan yang penting dalam system pendidikan seumur hidup. Mulai sejak anak mulai berinteraksi dengan masyarakat, dan terus berlanjut fungsi edukatifnya dalam keseluruhan hidup, baik dalam bidang professional maupun umum.
g)        Lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, universitas, dan pusat-pusat latihan tentu mempunyai peranan penting, tetapi semuanya itu hanya sebagai salah satu bentuk lembaga  pendidikan seumur hidup.
h)        Pendidikan seumur hidup menghendaki berkelanjutan dan kebersambungannya dimensi-dimensi vertical dan longitudinal dari pendidikan.
i)          Pendidikan seumur hidup juga menghendaki keterpaduan dimensi-dimensi horizontal dan kedalaman dari pendidikan dari setiap tahap hidup.
j)          Bertentangan dengan bentuk pendidikan yang bersifat elitis, pendidikan seumur hidup adalah bersifar universal.
k)        Pendidikan seumur hidup ditandai oleh adanya kelenturan dan peragaman dalam isi bahan belajar, alat-alat, dan teknik-teknik belajar, serta waktu belajar.[16]
l)          Pendidikan seumur hidup adalah sebuah pendekatan yang dinamis tentang pendidikan yang membolehkan penyesuaian bahan-bahan dan media belajar karena dan apabila perkembangan-perkembangan baru terjadi.
m)      Pendidikan seumur hidup membolehkan adanya pola-pola dan bentuk-bentuk alternatif dalam memperoleh pendidikan.
n)        Pendidikan seumur hidup mempunyai dua macam komponen besar, yaitu pendidikan umum dan pendidikan profesional. Komponen tersebut tidaklah terpisah sama sekali antara yang satu dengan yang lainnya, tetapi saling berhubungan dan dengan sendirinya bersifat interaktif.
o)        Pendidikan seumur hidup mengandung fungsi-fungsi adaptif dan inovatif dari individu dan masyarakat dan individu.
p)        Pendidikan seumur hidup mengandung fungsi perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan system pendidikan yang ada.
q)        Tujuan akhir pendidikan adalah mempertakankan dan meningkatkan mutu hidup.
r)         Ada tiga prasyarat utama bagi pendidikan seumur hidup, yaitu : kesempatan, motivasi, dan edukabilitas.
s)         Pendidikan seumur hidup adalah sebuah prinsip pengorganisasian semua pendidikan.
t)         Pada tingkat operasional, pendidikan seumur hidup membentuk sebuah system keseluruhan dari semua pendidikan.[17]

2.    Faktor Perlunya Pendidikan Seumur Hidup :
a) Keterbatasan kemampuan pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah ternyata tidak memenuhi harapan masyarakat. Terlihat antara lain dalam;
1)        Banyak lulusan yang tidak dapat diserap dalam dunia kerja yanantara lain karena mutunyayang rendah.
2)        Daya serap rata-rata lulusan sekolah yang masih rendah, karena pelajar tidak dapat belajar optimal.
3)        Pelaksanaan pendidikan sekolah tidak efesien sehingga terjadi penghamburan pendidikan, yang terlihat dari adanya putus sekolah dan siswa yang mengulang.
b)      Perubahan Masyarakatdan Peranan-peranan social
Globalisasi dan pembangunan mengakibatkan perubahan-perubahan yang cepat dalam masyarakat, dan dengan demikian perubahan-perubahan peranan-peranan social. Pendidikan dituntut untuk dapat membantu individu agar selalu dapat mengikuti perubahan-perubahan social sepanjang hidupnya.[18]
c)      Pendayagunaan Sumber yang Masih Belum Optimal
Salah satu masalah pendidikan kita dewasa ini adalah kelangkaan sumber yang mendukung pelaksanaannya pendidikan. Hal yang perlu dilakukan adalah :
1)   Penghematan dan optimalisasi dalam pengunaan sumber daya yang telah tersedia bagi pendidikan.
2)   Perlu digali sumber-sumber baru yang masih terpendam dalam masyarakat, yang dapat dimanfaatkan untuk memperlancarkan dan meningkatkan proses pendidikan.
Pendayagunaan sumber secara menyeluruh untuk pendidikan memerlukan kerja sama luas yang bersifat lintas sector, sehingga perlu penyelenggaraan pendidikan yang meluas.

d)     Perkembangan Pendidikan Luar  Sekolah yang Pesat
Dalam zaman modern, Pendidikan Luar Sekolah berkembang dengan pesat karena memberikan manfaat kepada masyarakat banyak, sehingga perlu mendapat tempat yang wajar dalam penyelengaraan keseluruhan pendidikan.[19]

E.   Implikasi Pendidikan Seumur Hidup Dalam Kehidupan Masyarakat Sehari-hari
     Adapun implikasi konsep seumur hidup pada sasaran pendidikan, Ananda W.P. Guruge juga mengklasifikasikan dalam enam kategori. Masing-masing kategori tersebut adalah sebagai berikut :
1.     Para buruh dan petani
     Mereka dengan pendidikan sangat rendah atau bahkan tanpa pendidikan samasekali merupakan golongan terbesar penduduk dinegara-negara yang sedang berkembang. Mereka pada umumnya masih hidup dalam suasana tradisional yang dikuasai oleh tahayul, tabu, dan kebiasaan-kebiasaan hidup yang menghambat kemajuan.
     Cara hidup tradisional ini merupakan hambatan-hambatan psiologik bagi pembangunan. Bagi golongan pendidik ini program pendidikan barulah mempunyai arti, apabila program tersebut :
a)      Menolong meningkatkan produktifitas mereka, baik itu dicapai melalui pengajaran berbagai keterampilan baru maupun melalui pemberian metode-metode bertani yang baru, yang memungkinkan untuk memperbaiki kehiduan mereka.
b)       Mendidik mereka agar dapat memenuhi kewajiban sebagai warga Negara dan sampai kepala keluarga. Sehingga mereka menyadari pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka.
c)      Memberi jalan kepada mereka untuk dapat mengisi waktu senggangnya dengan kegiatan-kegiatan yang produktif dan menyenangkan sehingga mereka menjadi lebih berarti.
     Golongan buruh dan petani inilah yang terutama membutuhkan program baca tulis fungsional (fungsional literary). Mereka pasti akan menyadari manfaat program itu apabila ketiga hal tersebut benar-benar diperhatikan.

2.    Golongan remaja yang terganggu pendidikan sekolahnya.
     Golongan remaja yang menganggur karena tidak mendapatkan pendidikan dan keterampilan atau  yang unser-employed karena kurangnya bakat dan kemampuannya, memerlukan pendidikan vokasional yang khusus. Demi perkembangan pribadinya, mereka perlu pula diberi pendidikan cultural dan kegiatan-kegiatan  yang kreatif. Namun golongan yang terpenting bagi golongan anak didik ini ialah pendidikan yang bersifat remedial.
     Mungkin mereka meninggalkan pendidikan disekolah karena tidak tertarik, bosan atau tidak melihat manfaat pendidikan sekolah itu bagi kehidupannya. Sebab itu program pendidikan remedial yang diberikan kepadanya harus dapat menarik, merangsang dan relevan dengan kebutuhan hidupnya.

3.    Para pekerja yang berketerampilan
     Meskipun golongan ini sama halnya dengan golongan lainnya, memerlukan pendidikan kewarga-negaraan dan pendidikan untuk meningkatkan waktu senggang secara produktif, namun golongan ini memerlukan program khusus. Bagi golongan pekerja yang berketerampilan ini, program yang disediakan untuknya harus mempunyai dua maksud, yaitu:
a)      Program itu harus mampu menyelamatkan mereka dari bahaya keusangan pengetahuannya, kepada mereka perlu diberikan latihan-latihan baru untuk mendapatkan keterampilan baru.
b)      Program itu harus membuka jalan bagi mereka untuk naik jenjang dalam rangka promosi kedudukan yang lebih baik. Program semacam ini tidak semata-mata bersifat vokasional dan teknik, melainkan merupakan peningkatan atas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki agar mereka dapat menangani tantangan yang ada depan mereka.

4.    Golongan technisians dan tradisionals
     Program pendidikan seumur hidup itu terlebih sangat besar peranannya bagi golongan itu. Mereka umumnya menduduki poisi penting dalam masyarakat. Kemajuan masyarakat banyak tergantung pada golongan ini. Agar mereka tetap berperan dalam masyarakatnya, maka mereka harus senantiasa memperbarui dan menambah pengetahuan dan keterampilannya. Untunglah pada umumnya golongan ini telah memiliki kebiasaan dan motivasi yang kuat dalam self learning.

5.    Para pemimpin dalam masyarakat
     Para pemimpin dalam masyarakat (golongan politik, agama, social, dsb.) perlu selalu memperbaiki ide-idenya agar mereka dapat tetap berfungsi memimpin masyarakat sesuai dengan gerak kemajuan dan pembangumnan. Mereka harus mensistensikan pengetahuan dan berbagai macam keterampilan/keahlian, karena tendensi spesialisasi dalam masyarakat sekarang menjadi semakin lama semakin jauh. Kemampuan mensistensikan itu tidak diperoleh dari pendidikan sekolah biasa. Sebab itu program pendidikan untuk mencapai tujuan tersebut perlu diadakan.

6.    Golongan anggota masyarakat yang sudah tua
     Dengan bertambah panjangnya rata-rata manusia dan kesehatanpun menjadi lebih baik, maka jumlah masyarakat lanjut usia ini makin lama makin bertambah besar. Mereka juga memerlukan program pendidikan dalam rangka pendidikan seumur hidup.
     Mungkin pendidikan ini merupakan kesempatan yang sangat berharga karena belum pernah memperolehnya ketika masih muda. Program pendidikan itu terlebih untuk memenuhi dorongannya untuk mengetahui hal-hal yang baru, jadi tidak lagi penting dilihat dari kegunaan dan keuntungnan materilnya.
    



BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Berdasarkkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa cara pendidikan menurut asas pendidikan seumur hidup itu akan mengubah pandangan kita tentang status dan fungsi sekolah, dimana tugas utama pendidikan sekolah adalah mengajar anak didik bagaimana cara belajar. Peranan guru adalah sebagai motivator, stimulator dan penunjuk jalan anak didik dalam hal belajar. Sekolah sebagai pusat kegiatan belajar (learning contre) bagi masyarakat sekitarnya. Sehingga dalam rangka pandangan mengenai pendidikan seumur hidup, maka semua orang secara potensial merupakan anak didik.
Asas pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses continue, yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal maupun formal baik yang berlangsung dalam keluarga, disekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat. Dalam pendidikan seumur hidup dasar-dasar tujuan dan implikasi konsep pendidikan seumur hidup pada program-program pendidikan ini sebagai penunjang pendidikan manusia seutuhnya. Untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat. Deengan demikian secara potensial keseluruhan potensi manusia diisi kebutuhannya agar berkembang secara wajar.
B.     Saran
Dengan uraian mengenai pendidikan seumur hidup (long life education) ini mudah-mudahan konsep kita tentang pendidikan social dapat dipandang dalam konteks yang lebih luas. Sebabnya kita perlu menanamkan kesadaran dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Karena dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terkhir akan semakin baik mutunya maka seorang siswa lebih termotivasi untuk belajar agar mampu membawa bangsa bersaing secara sehat dalam segala bidang dan mampu bersaing di dunia internasional.

Daftar Pustaka

Abdul Wahab. 2015. Pendidikan formal, nonformal, dan informal. http://www.gurupantura.com/2015/05/pendidikan-formal-nonformal-informal.html. Diakses pada 21 November 2018

Ardhi.2012. Pendidikan Seumur Hidup Dalam Penerapan Kehidupan Sehari-hari di Lingkungan Masyarakat (Long-Life Education).Makalah

Drs. H. Fuad ihsan,2005. Dasar-dasar Kependidikan.Jakarta.Rineka Cipta

Majdi Al. Husaini. 2013. Konsep Pendidikan Seumur Hidup. http://teratakhijau3.blogspot.com/2013/01/konsep-pendidikan-seumur-hidup_1813.html. Diakses pada 21 November 2018

Redja Mudyahardjo,2001. Pengantar Pendidikan, Divisi Buku Perguruan Tinggi, Jakarta.Raja Grafindo Persada.


[1] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan (sebuah studi awal tentang dasar-dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan di Indonesia), PT Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal 169.

[2] Drs. H. Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2010, Hal 40
[3]-7 Drs.H.Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, hal 46
.
[5] Drs. H. Fuad, Dasar-dasar Kependidikan, hal 46.
[6] Drs. H. Fuad ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, hal 46.
[7] Drs. H. Fuad ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, hal 47.
[8] Hasbullah, Dasar-dasar Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 63-64.
[9] Drs. H. Fuad ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, hal 44.
[10] Drs. H. Fuad ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, hal 44.
[11] Drs.H.Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, hal 44.
[12] Drs.H.Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, hal 44.
[13] Drs.H.Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, hal 45.
[14] Drs.H.Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, hal 45.
[15] Drs.H.Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, hal 45
[16] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, hal 169-170
[17] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, hal 169-170.
[18] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, hal 171-172.
[19] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, hal 172-173.