Nama : Afifah
Rahman
NIM : HO417014
FAKULTAS : MIPA
PRODI : PENDIDIKAN
FISIKA
KELAS : FISIKA B 2017
A. Pengertian
Empirisme
Istilah
empirisme diambil dari bahasa Yunani empiria yang berarti coba-coba atau
pengalaman. Sebagai doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme.
Kata empirisme
menurut Amsal Bakhtiar berasal dari kata Yunani empereikos yang berarti pengalaman. Menurut
aliran ini manusia memperoleh pengetahuan dari pengalaman inderawi. Hal ini
dapat dilihat bila memperhatikan pertanyaan seperti: “Bagaimana orang
mengetahui es itu dingin?” Seorang empiris akan mengatakan, “Karena saya merasakan
hal itu dan karena seorang ilmuan telah merasakan seperti itu”. Dalam
pernyataan tersebut ada tiga unsur yang perlu, yaitu yang mengetahui (subjek),
yang diketahui (objek), dan cara dia mengetahui bahwa es itu dingin. Bagaimana
dia mengetahui es itu dingin? Dengan menyentuh langsung lewat alat
peraba.dengan kata lain, seorang empiris akan mengatakan bahwa pengetahuan itu
diperoleh lewat pengalaman-pengalaman inderawi yang sesuai.
Dalam Juhaya juga menyatakan hal yang sama
dengan Amsal Bakhtiar bahwa pengetahuan itu diperoleh dari
pengalaman-pengalaman inderawi yang sesuai dan pengalaman dapat dijadikan
sebagai sumber pengetahuan bukan rasio.
Oleh sebab
itu, empirisme dinisabatkan kepada faham yang memilih pengalaman sebagai sumber
utama pengetahuan yang dimaksudkan dengannya ialah baik pengalaman lahiriah
yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniyah yang menyangkut pribadi
manusia.
B.
Pengertan
Rasionalsime
Rasionalisme adalah paham filsafat yang
mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh
pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa
pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami objek empiris, maka rasionalisme
mangajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir. Alat dalam
berpikir itu ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika.
Rasionalisme juga merupakan aliran pemikiran yang
berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya
adalah rasio (akal). Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akallah yang
memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan yang perlu mutlak, yaitu
syarat yang dipakai untuk semua pengetahuan ilmiah.
Kalau dalam empirisme sumber utama untuk memperoleh
pengetahuan adalah data empiris yang diperoleh dari panca indra. Akal
tidak berfungsi banyak, kalau ada, itu pun sebatas idea yang kabur. Lain halnya
dengan rasionalisme, bahwasannya rasionalisme berpendirian sumber pengetahuan
terletak pada akal. Betul, hal ini akal berhajat pada bantuan panca indera untuk
memperoleh data dari alam nyata, tetapi akallah yang menghubungkan data ini
satu sama lainnya, sehingga terdapatlah apa yang dinamakan pengetahuan. Dalam penyusunan ini akal mempergunakan
konsep-konsep rasional atau idea-idea universal. Konsep tersebut mempunyai
wujud dalam alam nyata dan bersifat universal, yang dimaksud dengan
prinsip-prinsip universal adalah abstraksi dari benda-benda konkrit, seperti
hukum kausalitas atau gambaran umum tentang kursi. Sebaliknya, bagi empirisme
hukum tersebut tidak diakui.
Maka dari itu Aliran ini merupakan bantahan kuat atas
aliran empirisme, yang menekankan pencerahan indrawi sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan. Bagi seorang rasionalis, pada hakikatnya berkata bahwa rasa
(sense) itu sendiri tidak dapat memberikan kepada kita suatu pertimbangan yang
koheren dan benar secara universal. Pengetahuan yang paling tinggi terdiri atas
pertimbangan-pertimbangan yang benar, yang bersifat konsisten satu dengan
lainnya. Rasa (sense) dan pengalaman yang kita peroleh dari indera penglihatan,
pendengaran, suara, sentuhan, rasa dan bau hanya merupakan bahan baku untuk
pengetahuan. Rasa tadi harus disusun oleh akal sehingga menjadi sistem, sebelum
menjadi pengetahuan. Bagi seorang rasionalis, pengetahuan hanya terdapat dalam
konsep, prinsip dan hukum, dan tidak dalam rasa.
C.
Pengertian
Fenomenalisme
Fenomenalisme adalah
teori yg menyatakan bahwa semua pengetahuan adalah fenomena dan
semua yg ada itu adalah fenomenal. Sehingga, pengetahuan manusia hanya terbatas
pada gejala-gejala yang tampak, yang dapat diamati oleh indra dan
diberikan atau ditambahkan sebuah kesadaraan.
Teori ini dikemukakan oleh Immanuel
Kant, seorang filsuf asal Jerman. Ia
berusaha mendamaikan pertentangan antara empirisme dan rasionalisme.
Menurutnya, dalam proses pemerolehan
ilmu pengetahuan unsur rasio dan indra sama-sama
berperan. Tidak mungkin yang satu bekerja tanpa yang lain.
Sebagai contoh, ketika kita
membaca koran dan melihat foto teman lama kita berada di koran tersebut. Ketika
kita pertama kali melihat koran tersebut,kita akan mengatakan "oh, ini
Seno yang begini, begitu dan lain sebagainya” Tapi setelah melihat terlalu
lama kepada foto tersebut, anda menjadi kurang yakin bahwa orang yang
berada di koran tersebut
merupakan teman anda atau bukan karena ternyata di foto tersebut teman anda
mungkin terlihat lebih tampan,muda, atau gemuk Kemudian,
anda mencoba mengingat ciri khas orang tersebut dan perubahan fisik yang
terjadi selama anda tidak bertemu dengannya.
Contoh di atas menunjukkan
bahwa di sini indra dan rasio sama-sama
berperan.Mata melihat gambar, tetapi
ingatan juga berperan. Oleh sebab itu, contoh ini dapat dikategorikan ke dalam
contoh dari teori fenomenalisme.
D.
Pengertian
Dialektif
Dialektika adalah Ilmu Pengetahuan tentang hukum yang paling umum
yang mengatur perkembangan alam, masyarakat dan pemikiran. Sedangkan
metode dialektis berarti investigasi dan interaksi dengan alam, masyarakat dan
pemikiran.
Pengertian
dialektika menurut Aristoteles dalam buku Cecep Sumarna (2006:132) adalah
“Menyelidiki argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari hipotesa atau
putusan yang tidak pasti kebenarannya” Cecep Sumarna (2006 : 132).
Metode
Dialektis dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jaujab
untuk mencapai kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun
Pidato mengartikannya diskusi logika. Kini dialekta berarti tahap logika, yang
mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga analisis sistematik
tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam dan metode peraturan,
juga analisis sistematika tentang ide mencapai apa yang terkandung dalam
pandangannya.
Dalam
kehidupan sehari-hari dialektika berarti kecakapan untuk melakukan perdebatan.
Dalam teori pengetahuan ini merupakan bentuk pemikiran yang tidak terasa dan
satu pikiran tetapi pemikiran itu seperti dalam percakapan. bertekak paling
kurang dua kutub. Hegel menggunakan metode dialektis untuk menjelaskan
filsafatnya, lebih luas dari itu. Menurut Hegel dalam realitas ini berlangsung
dialektika. Dan dialektika di sini berarti hal-hal yang berlainan seperti : 1)
Diktator. Di sini manusia diatur dengan baik, tapi eka tidak punya kebebasan
(tesis). 2) Keadaan di atas menamakan lainnya yaitu negara anarki (anti tesis)
dan negara-negara tanpa batas, tetapi hidup dalam, kekacauan. 3) Tesis dan anti
tesis ini disintesis yaitu, negara demokrasi. Dalam bentuk ini kebebasan warga
negara dibatasi oleh undang-undang dan hidup masyarakat tidak kacau.
Perkembangan
Ilmu Pada masa Modern dan Kontemporer secara Epistemologis sebagai ciri yang
patut mendapat perhatian dalam epistemologis pembangan ilmu pada masa modern
adalah munculnya pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan. Pandangan itu
merupakan kritik terhadap pandangan Aristoteles.
Pada
abad-abad berikutnya bahwa kemajuan yang dicapai oleh pengetahuan manusia
khususnya ilmu-ilmu alam, akan membawa perkembangan manusia pada masa depan
yang semakin gemilarg dan makmur sebagai akibatnya, ilmu pengetahuan masa
modern sangat mempengaruhi dan menrubah manusia dan dunianya. Terjadilah
Revolusi Industri I sekitar tahurn 1900 dengan pemakaian mesin-mesin mekanis
lalu Revolusi Industri II (mulai sekitar tahun 1900 dengan pemakaian listrik
dan titak awal pemakaian sinar-sinar, dan kemudian Revolusi III yang ditandai
dengan penggunaan kegiatan alam dengan penggunaan komputer yang sedang kita
saksikan dewasa ini.
Dengan
demikian adanya perubahan pandangan tentang ilmu pengetahuan mempiunyai peran
pentang dalaram membentuk peradaban dan kebudayaan manusia, dan dengan itu pula
dampaknya, muncul semacam kecenderungan yarng pada jantung setiap ilmu
pengetahuan juga para ilmuwan untuk lebih berinovasi untuk berikutnya.
Kecenderungan
yang lain ialah adanya hasrat untuk selalu menerapkan apa yang difiasilkan oleh
pengetahuan, baik dalam dunia teknik mikro maupun makro. Dengan demikian
tampaklah bahwa semakin maju pengetahuan, semakin meningkat keinginan manusia,
sampai memaksa, dan membabi buta. Akibatnya ilmu pengetahuan dan hasilnya
menjadi tidak manusiawi lagi, bahkan cenderung memperbudak manusia sendiri yang
telah merencanakan dan menghasilkannya. Kedua kecenderungan ini secara nyata
paling rnenampakkan din dan paling mengancarn keamanan dan kehidupan manusia
dalam bidang lomba persenjataan, dalam memakai senjata menghabiskan banyak
kenyamana bumi yang tidak dapat diperbaharui kembali.
Pengetahuan
dan teknologi modern sebab-sebab yang menimbulkan krisis-krisis di atas ialah
kesat dan pistemologi yang mendasari ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Dalam hubungan ini banyak orang bahwa telah mulai berbagi sebagai akibat
kesalahan epistemologi Barat. Ini semua dari insektisida sampai polusi, jarahan
radioaktif dan kemungkinan mencairnya es di antartika.
Metode
ini amat dominan dalam epistemologi modern. khususnya dalam metode keilmuan,
ketiga objek yang dikaji adalah realitas, empirs, inderawi, dan dapat
dipikirkan dengan rasio. Dalam kaitan ini, Herman Khan menyebutkan budaya yang
dihasilkan dari epistemologi di atas adalah budaya inderawi yaitu budaya yang
bersifat empiris, duniawi, sekular, tentang tujuan ilmu pengetahuan dalam ilmu
pengetahuan Modern ialah bahwa ilmu pengetahuan bertujuan menundukkan alam
dipandan sebagai sesuatu untuk dimanfaatkan dan dinikmati semaksimal mungkin.
Dalam hubungan ini Nasr Mengemukakan bahwa akibat yang akan terjadi dari
pandangan alam diperlakukan oleh manusia modern seperti mengambil manfaat dan
kepuasan darinya tanpa rasa kecewa dan tanggung jawab apa pun.
E.
Pengrtian
Intusionisme
Intuisionisme menurut
etimologi gerak hati, bisikan hati, atau kemampuan memahami sesuatu
tanpa harus difikirkan. Berarti dapat diartikan secara terminology adalah
aliran atau paham yang mengutamakan intuisi atau gerak hati atau bisikan
hati.
Secara Epistemology, pengetahuan
intuitif berasal dari intuisi yang diperoleh melalui pengamatan secara
langsung, tidak mengenai objek lahir melainkan mengenai kebenaran dan hakikat
suatu objek. Dalam tradisi islam, para sufi menyebut pengetahuan ini, sebagai
rasa mendalam (zauq) yang berkaitan dengan presepsi batin. Dengan demikian
pengetahuan intuitif sejenis pengetahuan yang dikaruniakan Tuhan kepada
seseorang dan dipatrikan pada qalbunya sehingga tersingkaplah olehnya sebagian
rahasia dan tampak olehnya sebagian realitas. Perolehan pengetahuan ini bukan
dengan jalan penyimpulan logis sebagaiman pengetahuan rasional melainkan dengan
jalan keshalehan, sehingga seseorang memiliki kebeningan qalbu dan wawasan
spiritual yang prima. Kemampuan menerima pengetahuan secara langsung itu
diperoleh dengan cara latihan yang di islam disebut sebagai suluk, secara lebih
spesifik disebut riyadhah, yang artinya latihan.
Dalam Kamus Ilmiah dinyatakan bahwa
Intuisionisme adalah suatu anggapan bahwa ilmu pengetahuan dapat dicapai dengan
pemahaman langsung. Aggapan bahwa kewajiban moral tidak dapat disimpulkan
sendiri tanpa pertolongan dari Tuhan. Intuisi tertinggi tersebut menangkap
objek secara langsung tanpa melalui pemikiran.[3]
Intuisionisme menunjukkan
kecenderungan untuk mengutamakan intuisi dalam pengetahuan manusia. Umumnya para
pembelah pandangan ini melebih-lebihkan nilai pengetahuan intuitif bahkan
mempertalikan dengan manusia cara-cara mengetahui yang kemungkinan-kemungkinan
kodrat manusia. Disini yang dimaksud intuisi bukan intuisi dalam arti
biasa,melainkan tindakan-tindakan pengetahuan yang lebih tinggi yang sungguh
atau diandaikan mendekati kesiapan dan kepenuhan intuisi ruhani. Pendekatan
semacam ini kurang lebih terjadi dalam pemahaman kreatif mengenai
hubungan-hubungan diantara hal-hal, khususnya kadang-kadang pendekatan ini
terjadi dalam individu-individu yang mendapat karunia yang tinggi. Namun
demikian, sebagian besar, intuisi ini mengandaikan keakraban dengan obyek dalam
waktu lama dan melalui pertimbangan dan karenanya intuisi dibenarkan melalui
pemikiran metodis dikaitkan irasionalisme.
F.
Pengertian
Metode Ilmiah
Secara etimologis, metode berasal
dari Bahasa Yunani, yaitu “Meta” yang artinya sesudah atau dibalik sesuatu, dan
“Hodos” yang artinya jalan yang harus ditempuh. Ada juga yang mengatakan metode
berasal dari bahasa Yunani ‘Methodos’ yang berarti jalan. Sedangkan dalam
bahasa latin ‘methodus’ berarti cara. Metode menurut istilah adalah suatu
proses atau atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip-prinsip dan
teknik-teknik ilmiah yang dipakai oleh suatu disiplin (bidang studi) untuk
mencapai suatu tujuan. Jadi, ia dapat dikatakan sebagai cara kerja ilmiah.
Pengertian “Ilmiah” secara istilah
dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang bersifat keilmuan/sains (pemahaman
tentang sesuatu yang dapat diterima secara logika/akal/pikiran/penalaran).Ilmu
yang ilmiah (Ilmu Pengetahuan) adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan
dengan mengolah atau memikirkan realita yang berasal dari luar diri manusia
secara ilmiah, yakni dengan menerapkan Metode Ilmiah.
Sehingga di dapat metode ilmiah
merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja,
cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau
mengembangkan pengetahuan yang telah ada.
Pada metode ilmiah, untuk memperoleh pengetahuan dilakukan
dengan cara menggabungkan pengalaman dan akal pikiran sebagai pendekatan
bersama dan dibentuk dengan ilmu. Secara sederhana teori ilmiah harus memenuhi
2 syarat utama yaitu harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya dan harus
cocok dengan fakta-fakta empiris
Jadi logika ilmiah merupakan gabungan antara logika deduktif dan induktif dimana rasionalisme dan empirisme berdampingan dalam sebuah sistem dengan mekanisme korektif. Metode ilmiah diawali dengan pengalaman-pengalaman dan dihubungkan satu sama lain secara sistematis dengan fakta fakta yang diamati secara inderawi. Untuk memperoleh pengetahuan dengan metode ilmiah diajukan semua penjelasan rasional yang statusnya hanyalah bersifat sementara yang disebut hipotesis sebelum teruji kebenarannya secara empiris. Hipotesis, yaitu dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang kita hadapi. Untuk memperkuat hipotesis dibutuhkan dua bahan-bahan bukti yaitu bahan-bahan keterangan yang harus cocok dengan hipotesis tersebut dan hipotesis itu harus meramalkan bahan-bahan yang dapat diamati yang memang demikian keadaannya. Pada metode ilmiah dibutuhkan proses peramalan dengan deduksi. Deduksi pada hakikatnya bersifat rasionalistis dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya. Menurut AR Lacey untuk menemukan kebenaran yang pertama kali dilakukan adalah menemukan kebenaran dari masalah, melakukan pengamatan baik secara teori dan ekperimen untuk menemukan kebenaran, falsification atau operasionalism (experimental opetarion, operation research), konfirmasi kemungkinan untuk menemukan kebenaran, Metode hipotetico deduktif, Induksi dan presupposisi/teori untuk menemukan kebenaran fakta
Jadi logika ilmiah merupakan gabungan antara logika deduktif dan induktif dimana rasionalisme dan empirisme berdampingan dalam sebuah sistem dengan mekanisme korektif. Metode ilmiah diawali dengan pengalaman-pengalaman dan dihubungkan satu sama lain secara sistematis dengan fakta fakta yang diamati secara inderawi. Untuk memperoleh pengetahuan dengan metode ilmiah diajukan semua penjelasan rasional yang statusnya hanyalah bersifat sementara yang disebut hipotesis sebelum teruji kebenarannya secara empiris. Hipotesis, yaitu dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang kita hadapi. Untuk memperkuat hipotesis dibutuhkan dua bahan-bahan bukti yaitu bahan-bahan keterangan yang harus cocok dengan hipotesis tersebut dan hipotesis itu harus meramalkan bahan-bahan yang dapat diamati yang memang demikian keadaannya. Pada metode ilmiah dibutuhkan proses peramalan dengan deduksi. Deduksi pada hakikatnya bersifat rasionalistis dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya. Menurut AR Lacey untuk menemukan kebenaran yang pertama kali dilakukan adalah menemukan kebenaran dari masalah, melakukan pengamatan baik secara teori dan ekperimen untuk menemukan kebenaran, falsification atau operasionalism (experimental opetarion, operation research), konfirmasi kemungkinan untuk menemukan kebenaran, Metode hipotetico deduktif, Induksi dan presupposisi/teori untuk menemukan kebenaran fakta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar