IT'S ABOUT KNOWLEDGE

Selamat Mengcopas, Jangan lupa sertakan sumber gan :v agar kita semua bahagia

Rabu, 09 Oktober 2019

Pengertian Empirisme, Rasionalsime, Fenomenalisme, Dialektif, Intusionisme, dan Metode Ilmiah



Nama                     :  Afifah Rahman
NIM                       : HO417014
FAKULTAS           :  MIPA
PRODI                   :  PENDIDIKAN FISIKA
KELAS                  : FISIKA B 2017
A.    Pengertian Empirisme
Istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani empiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme.
Kata empirisme menurut Amsal Bakhtiar berasal dari kata Yunani empereikos yang berarti pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan dari pengalaman inderawi. Hal ini dapat dilihat bila memperhatikan pertanyaan seperti: “Bagaimana orang mengetahui es itu dingin?” Seorang empiris akan mengatakan, “Karena saya merasakan hal itu dan karena seorang ilmuan telah merasakan seperti itu”. Dalam pernyataan tersebut ada tiga unsur yang perlu, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek), dan cara dia mengetahui bahwa es itu dingin. Bagaimana dia mengetahui es itu dingin? Dengan menyentuh langsung lewat alat peraba.dengan kata lain, seorang empiris akan mengatakan bahwa pengetahuan itu diperoleh lewat pengalaman-pengalaman inderawi yang sesuai.
 Dalam Juhaya juga menyatakan hal yang sama dengan Amsal Bakhtiar bahwa pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman-pengalaman inderawi yang sesuai dan pengalaman dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan bukan rasio.
Oleh sebab itu, empirisme dinisabatkan kepada faham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan yang dimaksudkan dengannya ialah baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniyah yang menyangkut pribadi manusia.

B.     Pengertan Rasionalsime
Rasionalisme adalah paham filsafat  yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami objek empiris, maka rasionalisme mangajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir. Alat dalam berpikir itu ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika.
Rasionalisme juga merupakan aliran pemikiran yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal). Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akallah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan yang perlu mutlak, yaitu syarat yang dipakai untuk semua pengetahuan ilmiah.
Kalau dalam empirisme sumber utama untuk memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang diperoleh dari panca indra.  Akal tidak berfungsi banyak, kalau ada, itu pun sebatas idea yang kabur. Lain halnya dengan rasionalisme, bahwasannya rasionalisme berpendirian sumber pengetahuan terletak pada akal. Betul, hal ini akal berhajat pada bantuan panca indera untuk memperoleh data dari alam nyata, tetapi akallah yang menghubungkan data ini satu sama lainnya, sehingga terdapatlah apa yang dinamakan pengetahuan.  Dalam penyusunan ini akal mempergunakan konsep-konsep rasional atau idea-idea universal. Konsep tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata dan bersifat universal, yang dimaksud dengan prinsip-prinsip universal adalah abstraksi dari benda-benda konkrit, seperti hukum kausalitas atau gambaran umum tentang kursi. Sebaliknya, bagi empirisme hukum tersebut tidak diakui.
Maka dari itu Aliran ini merupakan bantahan kuat atas aliran empirisme, yang menekankan pencerahan indrawi sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Bagi seorang rasionalis, pada hakikatnya berkata bahwa rasa (sense) itu sendiri tidak dapat memberikan kepada kita suatu pertimbangan yang koheren dan benar secara universal. Pengetahuan yang paling tinggi terdiri atas pertimbangan-pertimbangan yang benar, yang bersifat konsisten satu dengan lainnya. Rasa (sense) dan pengalaman yang kita peroleh dari indera penglihatan, pendengaran, suara, sentuhan, rasa dan bau hanya merupakan bahan baku untuk pengetahuan. Rasa tadi harus disusun oleh akal sehingga menjadi sistem, sebelum menjadi pengetahuan. Bagi seorang rasionalis, pengetahuan hanya terdapat dalam konsep, prinsip dan hukum, dan tidak dalam rasa.

C.     Pengertian Fenomenalisme
Fenomenalisme adalah teori yg menyatakan bahwa semua pengetahuan adalah fenomena dan semua yg ada itu adalah fenomenal. Sehingga, pengetahuan manusia hanya terbatas pada gejala-gejala yang tampak, yang dapat diamati oleh indra dan diberikan atau ditambahkan sebuah kesadaraan.
Teori ini dikemukakan oleh  Immanuel Kant, seorang  filsuf asal  Jerman. Ia berusaha mendamaikan pertentangan antara  empirisme  dan rasionalisme. Menurutnya, dalam proses  pemerolehan ilmu pengetahuan unsur rasio dan indra sama-sama berperan. Tidak mungkin yang satu bekerja tanpa yang lain.
Sebagai contoh, ketika kita membaca koran dan melihat foto teman lama kita berada di koran tersebut. Ketika kita pertama kali melihat koran tersebut,kita akan mengatakan "oh, ini Seno yang begini, begitu dan lain sebagainya” Tapi setelah melihat terlalu lama kepada foto tersebut, anda menjadi kurang yakin bahwa orang yang berada di koran tersebut merupakan teman anda atau bukan karena ternyata di foto tersebut teman anda mungkin terlihat lebih tampan,muda, atau gemuk Kemudian, anda mencoba mengingat ciri khas orang tersebut dan perubahan fisik yang terjadi selama anda tidak bertemu dengannya.
Contoh di atas menunjukkan bahwa di sini indra dan rasio sama-sama berperan.Mata melihat gambar, tetapi ingatan juga berperan. Oleh sebab itu, contoh ini dapat dikategorikan ke dalam contoh dari teori fenomenalisme.

D. Pengertian Dialektif
 Dialektika adalah Ilmu Pengetahuan tentang hukum yang paling umum yang mengatur perkembangan alam, masyarakat dan pemikiran. Sedangkan metode dialektis berarti investigasi dan interaksi dengan alam, masyarakat dan pemikiran.
  Pengertian dialektika menurut Aristoteles dalam buku Cecep Sumarna (2006:132) adalah “Menyelidiki argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari hipotesa atau putusan yang tidak pasti kebenarannya” Cecep Sumarna (2006 : 132).
Metode Dialektis dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jaujab untuk mencapai kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Pidato mengartikannya diskusi logika. Kini dialekta berarti tahap logika, yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam dan metode peraturan, juga analisis sistematika tentang ide mencapai apa yang terkandung dalam pandangannya.
Dalam kehidupan sehari-hari dialektika berarti kecakapan untuk melakukan perdebatan. Dalam teori pengetahuan ini merupakan bentuk pemikiran yang tidak terasa dan satu pikiran tetapi pemikiran itu seperti dalam percakapan. bertekak paling kurang dua kutub. Hegel menggunakan metode dialektis untuk menjelaskan filsafatnya, lebih luas dari itu. Menurut Hegel dalam realitas ini berlangsung dialektika. Dan dialektika di sini berarti hal-hal yang berlainan seperti : 1) Diktator. Di sini manusia diatur dengan baik, tapi eka tidak punya kebebasan (tesis). 2) Keadaan di atas menamakan lainnya yaitu negara anarki (anti tesis) dan negara-negara tanpa batas, tetapi hidup dalam, kekacauan. 3) Tesis dan anti tesis ini disintesis yaitu, negara demokrasi. Dalam bentuk ini kebebasan warga negara dibatasi oleh undang-undang dan hidup masyarakat tidak kacau.
Perkembangan Ilmu Pada masa Modern dan Kontemporer secara Epistemologis sebagai ciri yang patut mendapat perhatian dalam epistemologis pembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan. Pandangan itu merupakan kritik terhadap pandangan Aristoteles.
Pada abad-abad berikutnya bahwa kemajuan yang dicapai oleh pengetahuan manusia khususnya ilmu-ilmu alam, akan membawa perkembangan manusia pada masa depan yang semakin gemilarg dan makmur sebagai akibatnya, ilmu pengetahuan masa modern sangat mempengaruhi dan menrubah manusia dan dunianya. Terjadilah Revolusi Industri I sekitar tahurn 1900 dengan pemakaian mesin-mesin mekanis lalu Revolusi Industri II (mulai sekitar tahun 1900 dengan pemakaian listrik dan titak awal pemakaian sinar-sinar, dan kemudian Revolusi III yang ditandai dengan penggunaan kegiatan alam dengan penggunaan komputer yang sedang kita saksikan dewasa ini.
Dengan demikian adanya perubahan pandangan tentang ilmu pengetahuan mempiunyai peran pentang dalaram membentuk peradaban dan kebudayaan manusia, dan dengan itu pula dampaknya, muncul semacam kecenderungan yarng pada jantung setiap ilmu pengetahuan juga para ilmuwan untuk lebih berinovasi untuk berikutnya.
Kecenderungan yang lain ialah adanya hasrat untuk selalu menerapkan apa yang difiasilkan oleh pengetahuan, baik dalam dunia teknik mikro maupun makro. Dengan demikian tampaklah bahwa semakin maju pengetahuan, semakin meningkat keinginan manusia, sampai memaksa, dan membabi buta. Akibatnya ilmu pengetahuan dan hasilnya menjadi tidak manusiawi lagi, bahkan cenderung memperbudak manusia sendiri yang telah merencanakan dan menghasilkannya. Kedua kecenderungan ini secara nyata paling rnenampakkan din dan paling mengancarn keamanan dan kehidupan manusia dalam bidang lomba persenjataan, dalam memakai senjata menghabiskan banyak kenyamana bumi yang tidak dapat diperbaharui kembali.
Pengetahuan dan teknologi modern sebab-sebab yang menimbulkan krisis-krisis di atas ialah kesat dan pistemologi yang mendasari ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dalam hubungan ini banyak orang bahwa telah mulai berbagi sebagai akibat kesalahan epistemologi Barat. Ini semua dari insektisida sampai polusi, jarahan radioaktif dan kemungkinan mencairnya es di antartika.
Metode ini amat dominan dalam epistemologi modern. khususnya dalam metode keilmuan, ketiga objek yang dikaji adalah realitas, empirs, inderawi, dan dapat dipikirkan dengan rasio. Dalam kaitan ini, Herman Khan menyebutkan budaya yang dihasilkan dari epistemologi di atas adalah budaya inderawi yaitu budaya yang bersifat empiris, duniawi, sekular, tentang tujuan ilmu pengetahuan dalam ilmu pengetahuan Modern ialah bahwa ilmu pengetahuan bertujuan menundukkan alam dipandan sebagai sesuatu untuk dimanfaatkan dan dinikmati semaksimal mungkin. Dalam hubungan ini Nasr Mengemukakan bahwa akibat yang akan terjadi dari pandangan alam diperlakukan oleh manusia modern seperti mengambil manfaat dan kepuasan darinya tanpa rasa kecewa dan tanggung jawab apa pun.

E.     Pengrtian Intusionisme
Intuisionisme menurut etimologi  gerak hati, bisikan hati, atau kemampuan memahami sesuatu tanpa harus difikirkan. Berarti dapat diartikan secara terminology adalah aliran atau paham yang mengutamakan intuisi atau gerak hati atau bisikan hati. 
Secara Epistemology, pengetahuan intuitif berasal dari intuisi yang diperoleh melalui pengamatan secara langsung, tidak mengenai objek lahir melainkan mengenai kebenaran dan hakikat suatu objek. Dalam tradisi islam, para sufi menyebut pengetahuan ini, sebagai rasa mendalam (zauq) yang berkaitan dengan presepsi batin. Dengan demikian pengetahuan intuitif sejenis pengetahuan yang dikaruniakan Tuhan kepada seseorang dan dipatrikan pada qalbunya sehingga tersingkaplah olehnya sebagian rahasia dan tampak olehnya sebagian realitas. Perolehan pengetahuan ini bukan dengan jalan penyimpulan logis sebagaiman pengetahuan rasional melainkan dengan jalan keshalehan, sehingga seseorang memiliki kebeningan qalbu dan wawasan spiritual yang prima. Kemampuan menerima pengetahuan secara langsung itu diperoleh dengan cara latihan yang di islam disebut sebagai suluk, secara lebih spesifik disebut riyadhah, yang artinya latihan.
Dalam Kamus Ilmiah dinyatakan bahwa Intuisionisme adalah suatu anggapan bahwa ilmu pengetahuan dapat dicapai dengan pemahaman langsung. Aggapan bahwa kewajiban moral tidak dapat disimpulkan sendiri tanpa pertolongan dari Tuhan. Intuisi tertinggi tersebut menangkap objek secara langsung tanpa melalui pemikiran.[3]
Intuisionisme menunjukkan kecenderungan untuk mengutamakan intuisi dalam pengetahuan manusia. Umumnya para pembelah pandangan ini melebih-lebihkan nilai pengetahuan intuitif bahkan mempertalikan dengan manusia cara-cara mengetahui yang kemungkinan-kemungkinan kodrat manusia. Disini yang dimaksud intuisi bukan intuisi dalam arti biasa,melainkan tindakan-tindakan pengetahuan yang lebih tinggi yang sungguh atau diandaikan mendekati kesiapan dan kepenuhan intuisi ruhani. Pendekatan semacam ini kurang lebih terjadi dalam pemahaman kreatif mengenai hubungan-hubungan diantara hal-hal, khususnya kadang-kadang pendekatan ini terjadi dalam individu-individu yang mendapat karunia yang tinggi. Namun demikian, sebagian besar, intuisi ini mengandaikan keakraban dengan obyek dalam waktu lama dan melalui pertimbangan dan karenanya intuisi dibenarkan melalui pemikiran metodis dikaitkan irasionalisme.

F.         Pengertian Metode Ilmiah
Secara etimologis, metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “Meta” yang artinya sesudah atau dibalik sesuatu, dan “Hodos” yang artinya jalan yang harus ditempuh. Ada juga yang mengatakan metode berasal dari bahasa Yunani ‘Methodos’ yang berarti jalan. Sedangkan dalam bahasa latin ‘methodus’ berarti cara. Metode menurut istilah adalah suatu proses atau atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah yang dipakai oleh suatu disiplin (bidang studi) untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, ia dapat dikatakan sebagai cara kerja ilmiah.
Pengertian “Ilmiah” secara istilah dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang bersifat keilmuan/sains (pemahaman tentang sesuatu yang dapat diterima secara logika/akal/pikiran/penalaran).Ilmu yang ilmiah (Ilmu Pengetahuan) adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan dengan mengolah atau memikirkan realita yang berasal dari luar diri manusia secara ilmiah, yakni dengan menerapkan Metode Ilmiah.
Sehingga di dapat metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada.
Pada metode ilmiah, untuk memperoleh pengetahuan dilakukan dengan cara menggabungkan pengalaman dan akal pikiran sebagai pendekatan bersama dan dibentuk dengan ilmu. Secara sederhana teori ilmiah harus memenuhi 2 syarat utama yaitu harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya dan harus cocok dengan fakta-fakta empiris
Jadi logika ilmiah merupakan gabungan antara logika deduktif dan induktif dimana rasionalisme dan empirisme berdampingan dalam sebuah sistem dengan mekanisme korektif. Metode ilmiah diawali dengan pengalaman-pengalaman dan dihubungkan satu sama lain secara sistematis dengan fakta fakta yang diamati secara inderawi. Untuk memperoleh pengetahuan dengan metode ilmiah diajukan semua penjelasan rasional yang statusnya hanyalah bersifat sementara yang disebut hipotesis sebelum teruji kebenarannya secara empiris. Hipotesis, yaitu dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang kita hadapi. Untuk memperkuat hipotesis dibutuhkan dua bahan-bahan bukti yaitu bahan-bahan keterangan yang harus cocok dengan hipotesis tersebut dan hipotesis itu harus meramalkan bahan-bahan yang dapat diamati yang memang demikian keadaannya. Pada metode ilmiah dibutuhkan proses peramalan dengan deduksi. Deduksi pada hakikatnya bersifat rasionalistis dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya. Menurut AR Lacey untuk menemukan kebenaran yang pertama kali dilakukan adalah menemukan kebenaran dari masalah, melakukan pengamatan baik secara teori dan ekperimen untuk menemukan kebenaran, falsification atau operasionalism (experimental opetarion, operation research), konfirmasi kemungkinan untuk menemukan kebenaran, Metode hipotetico  deduktif, Induksi dan presupposisi/teori untuk menemukan kebenaran fakta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar